Ramainya berita di media massa mengenai pesta bikini yang diadakan oleh satu Event Organizer atau disingkat EO sempat membuat saya shock. Bukan kenapa, tapi berita tersebut seperti menelanjangi kehidupan remaja masa kini. Remaja di sini saya asumsikan berusia 15-17 tahun yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Pesta bikini tadinya akan dilaksanakan di area kolam renang sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat. Bikini dengan kolam renang adalah dua hal yang berpasangan. Orang berenang, pasti memakai bikini. Lantas apa yang salah dengan pesta bikini yang diadakan di kolam renang?

Kenyataannya, pesta ini disponsori oleh produk rokok yang notabene dikonsumsi oleh orang dewasa (21+). Dan fakta bahwa yang diundang adalah remaja belum cukup umur untuk mengonsumsi rokok, kemudian menjadi kontradiktif dan terkesan negatif.
Sangat disayangkan, penyelenggara acara lalai memperhatikan hal tersebut. Secara tidak langsung ini adalah proses pembodohan dan kemunduran mental bagi generasi muda kita. Akan tetapi, di sini saya tidak punya kapasitas menilai tentang kemunduran mental. Yang ingin saya sampaikan adalah rasa kesal yang disebabkan oleh kelalaian EO yang berakibat imej pesta malam menjadi negatif di mata masyarakat dan media massa.
Kenapa saya kesal? Pesta malam, erat kaitannya dengan musik elektronik yang menjadi menu utama dalam pesta tersebut. Dan sebagai penikmat musik elektronik, saya sedih dengan sorotan negatif dan sikap diskriminatif masyarakat terhadap imej musik ini yang menempel dengan pesta dan kehidupan malam.
Saya dan teman-teman dari komunitas penikmat dan pencinta musik elektronik merasa terusik dengan berita ini. Seolah kami pun ditelanjangi dan dihakimi oleh sorotan media massa. Gerak kami dalam mengekspresikan kecintaan terhadap musik elektronik akan semakin terbatas. Bayangkan jika imej negatif terus melekat, bukan tidak mungkin segala sesuatu yang berhubungan dengan musik elektronik termasuk konser atau festival yang mendatangkan DJ luar negeri akan dilarang.
Kami sadar, bahwa imej negatif tersebut adalah akibat oknum atau pihak tertentu yang memang tidak paham tentang esensi musik ini. Ketika mereka tidak paham, maka akan muncul apresiasi yang salah.
Karena itu, kami dari komunitas FRFID ingin mengampanyekan gerakan #EDMPositif. Sama halnya dengan internet yang jika disalahgunakan, akan membawa dampak negatif terhadap penggunanya. Begitupun musik EDM (Electronic Dance Music), ketika penikmat tidak memahami esensi musik ini, mereka akan menikmati dengan melakukan hal-hal negatif. Banyak contoh kasus seperti konsumsi narkoba, atau konsumsi alkohol berlebihan di saat menikmati musik elektronik.
Musik EDM sudah semakin diterima di masyarakat, bisa dilihat dari semakin seringnya acara menampilkan DJ sebagai pengisi. Baik itu pentas seni sekolah, acara peluncuran produk, gathering perusahaan, aneka lomba, dan masih banyak lagi. Musik EDM juga sudah diputar di televisi dan radio. Menunjukkan fakta bahwa musik ini bisa diterima masyarakat.
Remaja sangat mudah menerima hal-hal baru yang ada di sekitar. Termasuk menyerap musik EDM. Sayangnya, remaja generasi muda kita menelan mentah-mentah budaya yang ikut masuk bersama dengan musik EDM. Musik yang datang dari budaya barat ini seolah menjadikan mereka permisif terhadap gaya hidup dan budaya barat.
Karenanya dengan kampanye #EDMPositif, kami ingin mengajak generasi muda untuk menikmati musik EDM dan tetap menghormati norma dan budaya tempat kita tinggal. Segala sesuatu yang diletakkan pada tempatnya akan terlihat indah. Begitupun dengan musik EDM yang masuk ke Indonesia sudah seharusnya diletakkan dan disesuaikan dengan norma masyarakat kita supaya hasilnya bisa indah selaras.
Referensi :
http://bit.ly/1JUpOWE
Be Sociable, Share!
0 comments:
Post a Comment